banner 728x250

Kajian Ilmiah Buktikan Program PERINTIS Teman Istimewa Berhasil Transformasi Kondisi Psikososial dan Ekonomi Disabilitas Rungu Wicara

INDRAMAYU – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU VI Balongan (Kilang Balongan), bekerja sama dengan Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung, memaparkan hasil kajian yang membuktikan dampak transformatif program Tanggung Jawab Sosial & Lingkungan Pemberdayaan Inklusi Teman Istimewa (PERINTIS).

Dalam seminar yang digelar di Auditorium Poltekesos Bandung, Selasa (7/10), terungkap bahwa program ini tidak hanya berhasil meningkatkan keterampilan, tetapi juga secara signifikan mengubah kondisi psikososial dan kemandirian ekonomi penyandang Difabel Tuli di Indramayu.

Program PERINTIS sendiri dibangun dengan dilatarbelakangi oleh adanya tantangan berlapis yang dihadapi oleh 383 penyandang Difabel Tuli di Kabupaten Indramayu, mulai dari stigma sosial hingga hambatan struktural dalam mengakses pekerjaan.

Menjawab tantangan tersebut, Kilang Balongan menginisiasi unit usaha “Kopi Teman Istimewa” pada tahun 2023 di Kelurahan Lemah Mekar, Indramayu, sebagai ruang belajar dan memberikan kesempatan berkarya bagi 8 teman istimewa Difabel Tuli untuk menjadi barista profesional.

Adapun hasil kajian ilmiah yang dipresentasikan menunjukkan perubahan drastis pada peserta. “Sebelum mengikuti program, mayoritas peserta mengalami keterasingan sosial, rasa tidak percaya diri, serta motivasi hidup yang rendah,” ungkap Milly Mildawati, M.P., Ph.D selaku Dosen dan salah satu peneliti dari Poltekesos Bandung.

“Setelah melalui pendekatan inklusif selama program, kini para peserta mengalami perubahan signifikan. Mereka lebih mandiri, responsif terhadap lingkungan sosial, dan memiliki tujuan hidup yang lebih jelas.”, tambahnya.

Lebih lanjut, Milly mengungkapkan bahwa salah satu dampak paling nyata yang dirasakan oleh Mitra Binaan kelompok barista Teman Istimewa adalah di bidang ekonomi. Program PERINTIS berhasil mengubah peserta yang tadinya tidak bekerja menjadi individu dengan penghasilan tetap yang mencapai Rp2,62 juta per bulan, angka yang berada di atas Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Indramayu.

Ditambahkan Milly, kemandirian ekonomi ini juga berdampak langsung pada kondisi psikososial mereka.

“Setelah kerja di Kedai Kopi, anak-anak jadi lebih sehat, badannya tambah bersih, penampilan lebih rapi, bahkan sekarang lebih percaya diri dalam berekspresi seperti menggunakan make up dan parfum yang bervariasi,” kutip Milly dari testimoni keluarga peserta.

Dalam kegiatan ini hadir dari Kementerian Sosial Republik Indonesia yang diwakilkan oleh Syamsudin yang merupakan Pekerja Sosial dari Direktorat Rehabilitasi Penyandang Disabilitas. Pada kesempatan tersebut syamsudin mengungkapkan bahwa program PERINTIS dapat dijadikan model CSR yang mendorong pemberdayaan berkelanjutan melalui praktik inklusif.

Lebih lanjut, Syansudin menjelaskan bahwa dari segi kebijakan, hasil ini memperkuat pentingnya sinergi antara sektor pendidikan luar biasa, pelatihan vokasional, dan dunia kerja dalam mewujudkan pembangunan inklusif.

Area Manager Communication, Relations & CSR Kilang Balongan, Zulkifli, mengungkapkan bahwa keberhasilan program PERINTIS tidak terletak pada pelatihan teknis semata, melainkan pada kemampuannya membangun ruang sosial yang inklusif, aman, dan penuh penerimaan.

“Kedai Kopi Teman Istimewa bertransformasi dari sekadar lingkungan kerja inklusif menjadi simbol ruang pemulihan psikososial” ungkap Zulkifli.

Menerangkan lebih lanjut Zulkifli mengatakan bahwa keberhasilan program PERINTIS juga selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya pada poin SDG 1 (Tanpa Kemiskinan), SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), dan SDG 10 (Mengurangi Kesenjangan).

Bahkan komitmen dan dampak positif ini mendapatkan pengakuan eksternal, di mana program PERINTIS berhasil meraih penghargaan Indonesia Social Responsibility Award (SRA) 2025 kategori Bronze untuk Gender Equality & Social Inclusion (GESI) pada 11 Juli 2025 di Yogyakarta.

“Ini bukan hanya program, ini adalah ruang pemberdayaan yang mengubah identitas sosial teman-teman disabilitas dari yang terpinggirkan menjadi pribadi yang berdaya.”, ungkap Zulkifli.

Lebih dari itu, Zulkifli menambahkan bahwa kajian bersama Poltekesos Bandung dan masukan dari Kementerian Sosial dan para ahli hari ini sangat berharga untuk langkah kami selanjutnya.

”Hasil dari kajian ini diharapkan dapat menjadi model bagi pengembangan program-program pemberdayaan disabilitas lainnya di Indonesia untuk mencapai dampak sosial yang maksimal.” pungkasnya. (Abdul Gani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *