banner 728x250

Dari Konvensi Nasional Media Massa 2025, Bangun Kesadaran Bersama Atasi Disrupsi Berganda

JAKARTA – Perkembangan teknologi membuat media massa mengalami disrupsi berganda, mulai dari
cara mendapatkan iklan, hingga proses produksi konten. Di era kecerdasan buatan atau akal imitasi
(AI), media massa kembali menghadapi tantangan yang tidak mudah. Penggunaan kecerdasan
buatan melahirkan peluang sekaligus ancaman bagi ekosistem media.

Kurangnya inovasi dan adaptasi, membuat sejumlah media gagal memanfaatkan teknologi baru, seperti kecerdasan buatan untuk meningkatkan distribusi konten dan efisiensi operasional.

Media massa, yang selama puluhan tahun menjadi pilar utama penyebaran berita, menghadapi tantangan yang serius. Disrupsi berganda terhadap media massa tersebut menjadi tema dalam Konvensi Nasional Media Massa 2025, yang berlangsung di Hall Dewan Pers, Jakarta, Kamis (20/2) siang.

“Konvensi ini diniatkan untuk membangun kesadaran bersama antara masyarakat pers di negeri ini dgn semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan
platform mengenai tantangan dan peluang disrupsi berganda yang dihadapi media massa,” kata Tri
Agung Kristanto, Ketua Komisi Pendidikan, Pelatihan dan Pengembang Profesi, Dewan Pers.

Menurut Tri Agung yang juga Ketua Panitia Konvensi Nasional Media Massa 2025, konvensi yang akan berlangsung dalam dua sesi tersebut diharapkan bisa menemukan serta
membangun pemahaman dan langkah bersama yang saling mendukung dalam satu ekosistem
media, agar bisa berkembang bersama dan saling menguntungkan.

“ Jika kondisi ini bisa terwujud,
maka jurnalisme berkualitas, jurnalisme yang mencerahkan, dan jurnalisme yang memberdayakan
publik bisa terwujud,” katanya.

Konvensi Nasional Media Massa 2025 bertujuan menganalisis dampak disrupsi digital, teknologi informasi, dan kecerdasan buatan terhadap media massa. Ketua Dewan Pers Ninik
Rahayu dalam sambutannya mengatakan, industri pers sedang tidak dalam kondisi menguntungkan.

Media massa tidak lagi menjadi sumber utama warga mencari berita, iklan nasional perusahaan pers 75 persen diambil alih platform digital global dan media sosial. Belum
lagi efisiensi anggaran disejumlah kementrian yang secara tidak langsung ikut berpengaruh pada
media.

” Untuk itu, para insan pers mau tak mau harus memutar otak agar industri media bisa bertahan di tengah badai yang seakan tak berhenti, Di tengah disrupsi ganda yang kita hadapi, kita harus mampu bertahan memanfaatkan peluang-peluang baru yang muncul sekaligus membenahi kualitas pemberitaan kita,” katanya.

Konvensi Nasional Media Massa 2025 dibagi dalam dua sesi. Dalam sesi pertama ini menghadirkan pemateri mewakili pelaku usaha media, Executiv Chairman MNC Group, Hary Tanoesoedibjo, yang memaparkan iklim pers tengah mengalami degradasi dan membutuhkan aturan atau regulasi baru untuk memperkuat iklim media.

Komisioner KPI I Made Sunarsa,
menegaskan peran lembaga yang diampunya sebagai lembaga penyiaran penjernih disinformasi. Akademisi dari Universitas Multimedia Nusantara, Ignatius Haryanto, mengajak media untuk
memahami kemauan audiens melalui survey kuantitatif dan kualitatif, dan pentingnya media mengikuti perkembangan teknologi.

Sesi kedua Konvensi Nasional Media Massa 2025, membahas relasi media massa dengan teknologi dan platform. Pemateri dalam sesi ini menghadirkan, Wakil Sekjen Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial Indonesia (Korika) Dr Dini Fronitasari, yang memaparkan teknologi hanyalah sebuah instrument, dan manusia harus mengambil kendali atas perkembangan akal imitasi.

Sementara Pemimpin Redaksi IDNTimes.com, Zulfiani Lubis dalam paparannya menegaskan akal imitasi bukan produk jurnalistik, dan news value adalah bagian terpenting dalam
produk jurnalistik.

Ketua Komite Tanggungjawab Perusahaan Platform Digital untuk Jurnalis Berkualitas, Suprapto Sasro Atmojo, memberi paparan perlunya platform digital memberikan
pelatihan dan program jurnalis berkualitas. Era disrupsi menjadi tantangan dan peluang bagi media massa. Perusahaan media sebagai
publisher perlu membangun hubungan yang setara dengan platform digital untuk mendukung
jurnalisme berkualitas.

Komitmen terhadap jurnalisme berkualitas, diversifikasi pendapatan, dan adopsi teknologi, menjadi peluang media massa untuk bangkit. Media massa harus kembali fokus
pada prinsip-prinsip jurnalisme yang netral, independen, dan berbasis fakta serta transparan dalam proses penyusunan berita. (mak/rls)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *