Indramayu –Di tengah arus informasi yang kian cepat dan tantangan dunia jurnalistik yang semakin kompleks, sosok Ihsan Mahfudz muncul sebagai angin segar di tubuh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Indramayu.
Ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (PLT) Ketua PWI Indramayu, Ichank panggilan akrab Ihsan Mahfudz, tak hanya membawa semangat perubahan, tetapi juga menanamkan nilai kepedulian sebagai fondasi utama dalam setiap kebijakannya.
Bagi Ichank, kepemimpinan bukan soal pengaruh atau kekuasaan semata, melainkan tentang bagaimana seorang pemimpin mampu memahami, menyentuh, dan berjalan bersama orang-orang yang dipimpinnya.
“Kepedulian adalah bahan bakar utama dalam setiap langkah saya, artinya kepedulian itu bukan hanya pada golongan tertentu, tetapi harus menyeluruh ke insan pers,” ungkapnya Selasa, (27/5).
Visi yang diusungnya pun sederhana namun kuat menjadikan PWI Indramayu sebagai rumah bersama yang nyaman, solid, dan progresif bukan hanya bagi wartawan atau anggota, tetapi juga sebagai mitra yang konstruktif bagi pemerintah dan masyarakat.
Diawal jabatannya, Ihsan Mahfudz telah melakukan kunjungan dan memberikan bantuan ke salah satu warga di Desa Srengseng yang rumahnya hancur terdampak angin kencang serta kunjungan sosial ke rumah wartawan yang sedang sakit, hingga mempererat komunikasi lintas organisasi pers. Semua dilakukan dalam semangat gotong royong dan empati antar sesama.
Langkah-langkah kecil namun penuh makna ini mendapat respons positif dari berbagai pihak. Rekan sejawat menyebut gaya kepemimpinannya “tenang namun menyentuh”. Sementara kalangan birokrat melihat Ihsan sebagai jembatan yang menyejukkan antara dunia pers dan kebijakan publik.
Dengan pendekatan humanis dan inklusif, Ihsan Mahfudz berusaha membangun citra baru PWI Indramayu agar lebih terbuka, lebih bersahabat, dan lebih peduli.
“Menjadi wartawan itu harus peka, bukan hanya terhadap isu, tetapi juga terhadap manusia di balik cerita. Dan itu juga yang saya terapkan dalam memimpin,” tutup Ihsan, dengan senyum tenang yang merefleksikan ketulusan langkahnya.
Ia menegaskan, ada misi pers yang mungkin perlu juga menjadi catatan semua pihak jika pesan amar ma’ruf nahi munkar menjadi bagian dari tugas mulia wartawan. Sehingga di dalam ketentuan rumah besar PWI ada ketentuan dan etika wartawan yang harus dijaga dengan sungguh-sungguh diluar kode etik jurnalistik yang saat ini dipedomani.
“Artinya ada pesan kebaikan dan mauidhah dari tugas pers ditengah tengah kondisi publik apalagi diperhadapkan pada geliatnya persepsi menjadi pembenaran,” pungkasnya.(Dar)