Benz Jono Hartono
Praktisi Media Massa
Kepada rakyat Indonesia tercinta
(yang mudah dipecah-belah)
Kami, para elite, oligarki, makelar kekuasaan, dan pialang ketakutan nasional,
ingin menyampaikan satu kegelisahan mendalam:
tolong jangan buat Indonesia terlalu damai, terlalu makmur, terlalu adil!
Kami mohon dengan sangat.
Kalian tahu sendiri, kalau negeri ini benar-benar aman dan sejahtera,
kami ini mau makan apa?… :
*1. Kami Para Oligarki,* Butuh Rakyat yang Selalu Lapar
Jangan sampai kalian semua kenyang dan punya tanah sendiri.
Kalau semua orang punya usaha dan rezeki cukup,
siapa yang mau kami jadikan buruh dengan upah murah tapi tetap bersyukur setiap Jumat?
Kami butuh rakyat yang terus merasa “berjuang demi nasi”,
supaya kami bisa terus menikmati “dividen dari keringat”.
Kalau kalian makmur, kalian bisa menolak perintah kami.
Dan itu, sungguh, mengganggu stabilitas profit nasional.
*2. Kami Para Politisi,* Butuh Drama dan Perpecahan
Jangan damai-damai amat, nanti kami kehilangan panggung.
Kami hidup dari debat kusir, bukan dari kebijakan bijak.
Kami butuh rakyat marah, agar kami bisa tampil seperti penyelamat.
Kami butuh kalian saling curiga, agar kami bisa berjanji sebagai juru damai palsu.
Kalau kalian bersatu, kami kehilangan alasan untuk eksis.
Bayangkan! Pemilu tanpa fitnah? Kampanye tanpa caci-maki?
Itu seperti soto tanpa kuah — hambar dan tak menguntungkan!
*3. Kami Para Pengusaha Ketakutan,*
Butuh Negeri yang Gaduh
Kalau Indonesia benar-benar aman,
media kami kehilangan bahan berita, buzzer kami kehilangan pekerjaan,
dan lembaga survei kami kehilangan sponsor.
Kami sudah investasi besar di industri keresahan:
hoaks, isu agama , gosip politik, dan ketegangan etnis.
Kalau semua damai, siapa yang mau nonton, share, dan marah-marah di komentar?
Kalian tega membuat kami bangkrut hanya karena ingin bahagia?
*4. Kami Para Mafia Birokrasi,*
Takut dengan Negara yang Bersih
Tolong, jangan bikin sistem terlalu transparan.
Kami bisa mati kelaparan kalau semua urusan bisa diurus online tanpa amplop.
Kami hidup dari kebingungan kalian.
Semakin ruwet aturan, semakin tebal rekening kami.
Kalau semua jadi efisien, jujur, dan akuntabel,
lalu apa gunanya jabatan kami?
Masa iya kami harus benar-benar bekerja untuk melayani rakyat?
Ih, ngeri.
*5. Kami Para Sponsor Asing,*
Senang Bila Indonesia Sibuk Bertengkar
Kalian pikir kami ingin kalian maju? Oh, tentu tidak.
Kami lebih suka melihat kalian sibuk debat tentang simbol dan agama,
sementara tambang, nikel, dan data digital kalian kami bawa pelan-pelan.
Kami ingin kalian merasa nasionalis hanya di status media sosial,
sementara ekonomi kalian tetap kami kendalikan lewat utang, korporasi, dan algoritma.
Kalau kalian benar-benar berdaulat, kami repot.
Siapa lagi yang mau kami jadikan pasar dan ladang sumber daya murah?
*Penutup*
Jangan Rusak Bisnis Kami dengan Kedamaian
Jadi, rakyat Indonesia yang kami cintai dalam kepura-puraan,
tolong tetaplah sibuk berdebat tentang hal-hal kecil.
Tetaplah curiga pada tetangga. Tetaplah marah tanpa arah.
Karena selama kalian terpecah, kami bisa terus berpesta.
Kami harap kalian tidak terlalu sadar,
bahwa Indonesia sejatinya bisa jadi surga bila tak lagi kami kendalikan.
Sebab bila negeri ini benar-benar makmur, damai, dan adil—
kami, para penikmat kekacauan, akan menjadi pengangguran abadi.
Hormat palsu kami,
Para Elite yang Ketakutan pada Kedamaian
(Ditandatangani tanpa malu oleh tangan-tangan yang sudah terlalu lama mencuri masa depan kalian.)
Benz Jono Hartono
Praktisi Media Massa di Jakarta